
MERIAM KARBIT, adalah salah satu keunikan masyarakat Pontianak dan tidak dimiliki kota-kota lainnya seperti Sungai Musi di Palembang atau Sungai Barito yang melintasi dua Propinsi Kalimatan Selatan dan Kalimantan Tengah. Dipenghujung tahun 2007 lalu tepatnya 10 Oktober dalam acara Parade dan Festival Meriam Karbit, Museum Rekor Indonesia mencatat dalam buku rekor Muri sebagai rekor permainan karbit terbanyak, saat itu 198 Meriam Karbit Bersahut sahutan sepanjang malam, anak anak, orang tua, remaja putri maupun pria membaur tumpah ruah mengerubungi lokasi Meriam ini ditembakkan dan secara kompak menutup telinga mereka ketika Meriam siap ditembakkan di malam gelap gulita itu.
Asal Mula Berdirinya Pontianak
Meriam karbit ini telah ada sejak tahun 1771, saat kota Pontianak didirikan Sultan Syarif Abdurachma Al Qadrie, Raja Pontianak pertama. Konon, tembakan meriam itu digunakan untuk mengusir hantu.
Dalam sejarah tradisional Pontianak diungkapkan, ketika pertama kali mendirikan Kesultanan Pontianak, Syarif Abdurachman dan rombongan yang sedang menyusuri Sungai Kapuas kerap diganggu hantu kuntilanak.
Guna menyinggkirkan gangguan makhluk halus tersebut, Sultan perintahkan awak kapal menembakkan meriam. Sebelum peluru meriam dimuntahkan, beliau bernazar “di mana peluru meriam jatuh, di situlah akan didirikan kesultanan”. Ikrar itu dilaksanakan. Nama Pontianak pun diambil dari nama hantu pontianak yang sering mengganggu Sultan Syarif.
Kegiatan membunyikan Meriam Karbit ini pun di kota Pontianak kemudian dilestarikan secara turun-temurun. Namun, bukan untuk mengusir hantu melainkan untuk perayaan hari-hari besar, seperti Ramadhan, Lebaran, dan Tahun Baru.
Asal Mula Berdirinya Pontianak
Meriam karbit ini telah ada sejak tahun 1771, saat kota Pontianak didirikan Sultan Syarif Abdurachma Al Qadrie, Raja Pontianak pertama. Konon, tembakan meriam itu digunakan untuk mengusir hantu.
Dalam sejarah tradisional Pontianak diungkapkan, ketika pertama kali mendirikan Kesultanan Pontianak, Syarif Abdurachman dan rombongan yang sedang menyusuri Sungai Kapuas kerap diganggu hantu kuntilanak.
Guna menyinggkirkan gangguan makhluk halus tersebut, Sultan perintahkan awak kapal menembakkan meriam. Sebelum peluru meriam dimuntahkan, beliau bernazar “di mana peluru meriam jatuh, di situlah akan didirikan kesultanan”. Ikrar itu dilaksanakan. Nama Pontianak pun diambil dari nama hantu pontianak yang sering mengganggu Sultan Syarif.
Kegiatan membunyikan Meriam Karbit ini pun di kota Pontianak kemudian dilestarikan secara turun-temurun. Namun, bukan untuk mengusir hantu melainkan untuk perayaan hari-hari besar, seperti Ramadhan, Lebaran, dan Tahun Baru.

Meriam itu dibunyikannya bergantian dengan Meriam seberang sungai. Kodenya pakai lampu. Kalau lampu listrik sudah dimatikan berarti sudah siap dibunyikan. Lampu obornya kemudian diayun-ayunkan, Meriam siap menyalak Suaranya bersahut-sahutan dan terdengar keseluruh kota.
Jika anda ingin menyaksikannya juga, datang lah ke Pontianak, temukan sensasi dentuman meriam laksana perang jaman penjajahan dulu, bahkan hantu pun merana mendengar suaranya :-)
3 komentar:
whoaaa meriamnya gedhe banget... mangkanya hantu-hantu terbirit-birit :)
yoi bro... tuh meriah kalo mau digeser sedikitnya butuh 10 orang dewasa ... luar biasa kan ?
Tulisan yang menarik, benar-benar mendukung Visit Kalbar 2010. Saya juga lagi cari bahan nih mas buat mengisi blgo saya dengan postingan-postingan yang berkaitan dengan Visit Kalbar 2010.
Post a Comment